Senin, 19 Maret 2012

Analisa Laporan Keuangan


                  Penganalisaan Perbandingan Dan

                      Metode Laporan Keuangan


1.Penyebab Kenaikan dan Penurunan Laporan Keuangan

1.Revaluasi Aset Tetap , Suatu tinjauan dari aspek akuntansi dan aspek peraturan perpajakan
Salah satu perbedaan pokok antara PSAK No. 16 (2007) tersebut dibandingkan dengan PSAK No. 16 (1994) adalah dalam hal pengukuran setelah pengakuan awal. Pada PSAK No.16 (2007) disebutkan bahwa suatu entitas harus memilih model biaya (cost model) atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi suatu entitas dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Apabila entitas menggunakan model biaya maka setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. Model biaya ini sama perlakuannya dengan standar akuntansi yang sudah ada sebelumnya. Sedangkan pada model revaluasian, setelah diakui sebagai suatu aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi, dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca. Dengan mengadopsi model revaluasian sesuai PSAK 16 (2007) maka revaluasi aset tetap dalam rangka penyajian laporan keuangan tidak lagi harus mengikuti ketentuan perpajakan. Suatu entitas yang memilih model revaluasian mempunyai pilihan untuk melaporkan atau tidak atas hasil revaluasi untuk tujuan perpajakan. Apabila entitas bermaksud tidak melaporkan hasil revaluasian tersebut untuk tujuan perpajakan maka akan terjadi beda temporer antara laporan keuangan dengan laporan fiskalnya sehingga pengaruh pajak tangguhan atas revaluasi tersebut perlu dihitung. Pada saat dilakukan revaluasi, apabila jumlah tercatat aset meningkat maka kenaikan tersebut langsung dikreditkan ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun apabila sebelumnya pernah diakui penurunan nilai aset akibat revaluasi dalam laporan laba rugi, maka terhadap kenaikan aset tersebut harus diakui terlebih dahulu dalam laporan laba rugi sebesar nilai penurunan yang diakui sebelumnya. Sisa nilai setelah sebagian diakui dalam laporan laba rugi tersebut dicatat sebagai kenaikan yang langsung dikreditkan ke ekuitas. Pengaruh pajak tangguhan perlu dihitung dan disesuaikan dengan bagian yang diakui dalam laporan laba rugi tersebut. Pada saat dilakukan revaluasi, apabila jumlah tercatat aset turun maka penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Namun apabila sebelumnya terhadap aset tersebut penah dilakukan revaluasi dan dicatat sebagai kenaikan yang langsung dikreditkan ke ekuitas maka terhadap penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung didebitkan ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi dengan catatan jumlah maksimal yang dapat didebet adalah sebesar saldo surplus revaluasi. Sisa nilai penurunan dibebankan ke laporan laba rugi. Dampak atas pajak penghasilan, jika ada, terhadap kenaikan atau penurunan nilai aset akibat hasil revaluasi harus diperhitungkan dan dicatat sesuai dengan pencatat kenaikan atau penurunan revaluasi. Pajak tangguhan diperhitungkan dan dibebankan ke ekuitas atau laporan laba rugi mengikuti mekanisme pengakuan hasil revaluasi.
2. Penggunaan Nilai Pasar Wajar dalam Perlakuan Akuntansi Aset Tetap
 Perbedaan perlakuan tersebut terutama adalah perlakuan pada saat pengukuran sesudah tanggal perolehan. Didalam model biaya historis pengukuran setelah perolehan dilakukan dengan menentukan nilai buku aset tetap. Nilai buku tersebut diperoleh dari total nilai perolehan dikurangi dengan total beban depresiasi yang dikumpulkan dalam perkiraan akumulasi depresiasi. Di dalam perlakuan akuntansi dengan model revaluasi menurut PSAK 16 Revisi 2007, secara garis besar perlakuan tersebut sama. Titik utama perbedaannya terletak pada penentuan total nilai perolehan dari aset yang bersangkutan dan akumulasi depresiasi yang dimiiki.
Di dalam model biaya historis, total nilai perolehan atas suatu aset tidak akan berubah selama tidak ada transaksi yang berkaitan dengan aset tetap tersebut. Transaksi yang dapat mempengaruhi nilai perolehan aset tetap menurut model biaya historis antara lain adalah pembelian, penjualan, penghapusan, pertukaran aset tetap, dan perbaikan aset tetap yang masuk dalam kategori pengeluaran modal. Nilai perolehan aset tetap tersebut tidak akan berubah walapun terdapat perubahan harga yang signifikan. Nilai aset tersebut hanya akan berubah jika perusahaan melakukan revaluasi, yang dalam hal ini bertentangan dengan standar akuntansi sebelumnya, dan memerlukan perlakuan khusus.
Nilai akumulasi depresiasi dalam akuntansi dengan model biaya historis juga pada umunya hanya akan berubah pada saat pengakuan beban depresiasi. Selain itu transaksi lain yang dapat mengubah nilai akumulasi depresiasi adalah pelepasan aset tetap dan penurunan nilai aset tetap.
Di dalam akuntansi dengan model revaluasi, kedua hal tersebut yaitu nilai perolehan dan akumulasi depresiasi dapat berubah selain dari transaksi yang telah disebutkan sebelumnya. Perubahan tersebut adalah perubahan yang disebabkan karena adanya penilaian kembali aset tetap. Nilai perolehan aset yang dicatat di dalam neraca perusahaan akan berubah seiring dengan perubahan nilai wajar aset tetap yang diketahui dengan melakukan penilaian kembali. Akumulasi depresiasi sendiri akan mengikuti perubahan akibat penilaian kembali tersebut.
Perlakuan akuntansi dengan model revaluasi biasanya akan menghasilkan nilai yang lebih besar daripada nilai yang tercatat dalam buku perusahaan. Salah satu faktor utama yang mendorong hal tersebut adalah adanya inflasi di masayrakat.
Di dalam PSAK 16 revisi 2007 dikatakan bahwa nilai wajar yang disajikan pada laporan keuangan merupakan hasil penilaian yang dilakukan oleh penilai profesional baik dengan menggunakan data-data pasar mapun pertimbangan profesional mereka sendiri. Nilai wajar tersebut akan disajikan dalam laporan keuangan dan akan menghasilkan perkiraan baru yang bernama “selisih/surplus revaluasi aset tetap”. Perkiraan tersebut merupakan bagian dari perhitungan laba komprehensif dan langsung dimasukkan ke dalam bagian ekuitas.
3. Revaluasi Aset Dalam Penyajian Laporan Keuangan
Dalam model revaluasi, perlakuan terhadap akumulasi penyusutan aset tetap pada tanggal revaluasi dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut:
1. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dan jumlah tercatat secara bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasian, metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara member indek untuk menentukan biaya pengganti yang disusutkan (depreciated replacement cost)
2. Dieliminasi terhadap jumlah bruto aset dan jumlah neto aset setelah eliminaasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut, metode ini biasa digunakan untuk revaluasi bangunan.Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian kembali atau eliminasi akumulasi penyusutan tersebut membentuk bagian kenaikan atau penurunan nilai aset.Pengakuan terhadap kenaikan atau penurunan nilai akibat revaluasi dilakukan langsung pada kenaikan atau penurunan akibat revaluasi, kecuali jika revaluasi dilakukan pada tahun-tahun berikutnya.
Apabila revaluasi dilakukan untuk kedua kalinya dan seterusnya, terdapat perlakuan yang berbeda, perbedaaan tersebut adalah:

- Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut langsung dikredit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun apabila sebelumnya pernah diakui penurunan nilai asset akibat revaluasi dalam laporan laba rugi , maka terhadap kenaikan aset tersebut harus diakui dalam laporan rugi laba sebesar nilai penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah dilakukan sebelumnya dalam laporan laba rugi. Sisa nilai setelah sebagian diakui dalam laporan laba rugi tersebut dicatat sebagai kenaikan yang langsung dikreditkan ke ekuitas
 - Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Namun apabila sebelumnya terhadap asset tersebut pernah dilakukan revaluasi dan dicatat sebagai kenaikan yang langsung dikreditkan ke ekuitas maka terhadap penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung didebit ke dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut. Sisa nilai penurunan dibebankan ke laporan laba rugi.

Begitu pula dengan surplus revaluasi aset tetap dapat dipindahkan ke laba ditahan yang telah disajikan di ekuitas pada saat aset tetap tersebut dihentikan penggunaannya atau
pada saat pelepasan. Namun sebagian surplus revaluasi dipindahkan ke saldo laba sejalan dengan penggunaan aset oleh entitas. Pemindahan tersebut dilakukan sebesar selisih jumlah penyusutan antara jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian dengan jumlah penyusutan berdasarkan biaya perolehan aset tersebut. Namun pemindahan saldo surplus revaluasi tersebut dilakukan langsung ke saldo laba, tidak melalui laporan laba rugi.

2.Tehnik Analisa Metode Laporan Keuangan

Analisa Perbandingan
Analisa perbandingan merupakan metode analisa terhadap laporan keuangan dengan cara memperbandingkan untuk dua periode atau lebih, atau memperbandingkan laporan keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain.Tetapi pada umumnya dilakukan untuk beberapa periode dari suatu perusahaan sehingga dapat diketahui sifat dan tendensi perubahan yang terjadi dalam perusahaan tersebut, misalnya:
-Laba/rugi yang sifatnya operasional maupun insidentil
-Diperoleh aktiva baru/perubahan bentuk aktiva
-Timbul/lunas/perubahan bentuk hutang
-Penambahan/pengurangan modal dan lain-lain.
Analisa trend.
            Analisa trend dalam prosentase (trend percentage analysis) merupakan metode analisa untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan perusahaan, yaitu apakah menunjukan tendensi naik, tetap atau menurun.Syarat-syarat penerapan analisa trend adalah:
-Prinsip-prinsip akuntansi diterapkan secara konsisten
-Tidak terjadi perubahan nilai uang secara tajam Contoh:
Analisa Rasio
Analisa rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbngan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Rasio ini akan lebih bermanfaat terutama apabila ratio tersebut dibandingkan dengan angka ratio yang digunakan sebagai standar.
1.Rasio Pengukur likuiditas
a.Current Ratio
Ratio ini menunjukan tingkat keamanan ( margin of safety ) atas kreditur jangka pendek; atau menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut:
Aktiva Lancar
Current Ratio =                  Hutang Lancar
 b.Acid Test Ratio
Disebut juga Quick Ratio, yaitu menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang-hutangnya tanpa memperhitungkan persediaan.
Dengan ratio ini persediaan dianggap membutuhkan waktu yang relatif lama untuk direalisasikan menjadi uang.
Aktiva Lancar – Persediaan
Quick Ratio =                  Hutang Lancar
c.Perputaran Piutang
Atau Turn Over Receivable, yaitu menunjukan posisi piutang serta taksiran umur / waktu pengumpulanya. 
Perputaran Piutang              =    Total Penjualan Kredit
Piutang Rata-rata
d.Perputaran Persediaan
Yaitu menunjukan berapa kali terjadinya penggantian persediaan dalam satu tahun serta tersimpannya persediaan tersebut di dalam gudang.Pada perusahaan manufaktur terdapat tiga macam persediaan:  
2.Rasio Pengukur Solvabilitas
a.Rasio Modal dengan Total Asset
Menunjukan beberapa besarnya modal sendiri yang tertanam dalam aktiva serta margin of  protection atau tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditur.

Rumus:      Modal Sendiri 
                    Total Asset
 b.Rasio Modal dengan Aktiva Tetap
Menunjukan seberapa besar aktiva tetap tersebut dibiayai dari modal sendiri. Semakin besar modal sendiri (Owner’s equity ) lebih menguntungkan bagi perusahaan, karena sudah sewajarnya kalau aktiva tetap dibiayai dari modal sendiri.
Rumus:    Modal Sendiri
                Aktiva Tetap  
c.Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang
Merupakan ratio untuk mengetahui tentang tingkat keamanan yang dimiliki oleh
kreditur jangka panjang atau untuk mengukur seberapa besar hutang jangka panjang tersebut dijamin dengan aktiva tetap yang dimilki perusahaan.
Rumus:              Aktiva Tetap     
                Hutang Jangka Panjang 
3.Rasio Pengukuran Rentabilitas
a.Ratio Operating Income dengan Operating Assets
 Menunjukan tingkat efisiensi perusahaan, yaitu seberapa besar operating assets tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Rumus:
                      Laba usaha        
        Aktiva usaha
b. Gross  Margin Ratio
Rumus:                                    Laba kotor
                                                 Penjualan 
c.Operating  Margin Ratio
Rumus:                                    Laba usaha
     Penjualan
 d. Rasio Rentabilitas Modal Sendiri
Rumus:                             Earning after tax
Modal sendiri











Analisa Common Size
Adalah analisis dengan pembacaan data-data keuangan untuk beberapa periode (untuk mencari trend-trend tertentu). Analisis common size disusun dengan cara menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (utk laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).
-Analisis common size perusahaan dianalisa dengan melihat trend yang muncul.
-Analisis common size perusahaan selanjutnya dibandingkan dengan analisis common size industri untuk melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan. Untuk kekuatan akan diupayakan untuk dipertahankan sedang kelemahan diupayakan untuk diperbaiki.
Analisa Du Pont
-Adalah analisis yang mempertajam analisis rasio dengan memisahkan profitabilitas dengan pemanfaatan aset.
-Analisis Du Pont I: menghubungkan ROA, profit margin, dan perputaran aktiva ROA = Profit margin x perputaran aktiva
-Analisis Du Pont II: memasukkan unsur financial leverage (hutang)
-ROE = ROA/ (1-(Tot hutang/TotAset))
-Untuk menaikkan ROE dapat dilakukan dengan menaikkan ROA dan/atau menaikkan Hutang.

Analisa Cross Section
Adalah perbandingan data keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan atau industri yg sejenis
Definisi industri sejenis adalah
-Kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier contoh: standar klasifikasi industri listing di BEJ.
-Kesamaan dari sisi permintaan
Kriteria pengelompokan industri didasarkan atas produk yg dihasilkan. Contoh: misal kebutuhan komunikasi, penghasil komputer PC dengan mesin fax bisa bersaing. Kamera dengan HP.
-Kesamaan dalam atribut keuangan
Saham-saham yg punya kesamaan atribut bisa dimasukkan dalam satu kelompok, misal: kesamaan




Analisis Time Series
Adalah analisis terhadap data historis untuk melihat tren yang mungkin timbul.
-Trend angka selanjutnya dianalisis guna mengetahui apa yang terjadi.
-Trend perusahaan sebaiknya dibandingkan dengan tren industri apakah sudah bergerak lebih baik dari trend industri.

Metode Peramalan
Ada 2 metode: mekanis dan non mekanis:
a.Metode mekanis
Menggunakan teknik-teknik yang lebih objektif seperti statistik misal menggunakan model regresi (regresi sederhana /univariate maupun regrese berganda/multivariate)

b.Metode non mekanis
menggunakan teknik yang bersifat subjektif dengan menggabungkan banyak pertimbangan untuk menentukan garis tren yang dibuat dengan tangan (pendekatan visual untuk univariate) dan pendekatan analis sekuritas (multivariate). (pertimbangan bisa dari faktor industri, ekonomi, pasar dll)



2 komentar:

  1. Thanks for providing such a great article, it was excellent and very informative.
    as a first time visitor to your blog I am very impressed.
    I found a lot of informative stuff in your article. Keep it up. Thank you.

    I introduce a Economics student in Islamic University of Indonesia Yogyakarta
    :)

    BalasHapus
  2. I found a lot of informative stuff in your article. Keep it up. Thank you.

    I introduce a Economics student in Islamic University of Indonesia Yogyakarta
    :)

    BalasHapus