Penganalisaan Perbandingan Dan
Metode Laporan Keuangan
1.Penyebab
Kenaikan dan Penurunan Laporan Keuangan
1.Revaluasi
Aset Tetap , Suatu tinjauan dari aspek akuntansi dan aspek peraturan perpajakan
Salah satu
perbedaan pokok antara PSAK No. 16 (2007) tersebut dibandingkan dengan PSAK No.
16 (1994) adalah dalam hal pengukuran setelah pengakuan awal. Pada PSAK No.16
(2007) disebutkan bahwa suatu entitas harus memilih model biaya (cost
model) atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi suatu entitas
dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap
dalam kelompok yang sama. Apabila entitas menggunakan model biaya maka setelah
diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan
dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
Model biaya ini sama perlakuannya dengan standar akuntansi yang sudah ada
sebelumnya. Sedangkan pada model revaluasian, setelah diakui sebagai suatu aset, suatu aset tetap
yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian,
yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi, dikurangi dengan akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus
dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular untuk memastikan bahwa jumlah
tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan
nilai wajar pada tanggal neraca. Dengan mengadopsi model revaluasian
sesuai PSAK 16 (2007) maka revaluasi aset tetap dalam rangka penyajian laporan
keuangan tidak lagi harus mengikuti ketentuan perpajakan. Suatu entitas
yang memilih model revaluasian mempunyai pilihan untuk melaporkan
atau tidak atas hasil revaluasi untuk tujuan perpajakan. Apabila
entitas bermaksud tidak melaporkan hasil revaluasian tersebut untuk tujuan perpajakan
maka akan terjadi beda temporer antara laporan keuangan dengan laporan
fiskalnya sehingga pengaruh pajak tangguhan atas revaluasi tersebut
perlu dihitung. Pada saat dilakukan revaluasi, apabila jumlah tercatat aset meningkat
maka kenaikan tersebut langsung dikreditkan ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi.
Namun apabila sebelumnya pernah diakui penurunan nilai aset akibat revaluasi dalam
laporan laba rugi, maka terhadap kenaikan aset tersebut harus diakui terlebih dahulu
dalam laporan laba rugi sebesar nilai penurunan yang diakui sebelumnya. Sisa
nilai setelah sebagian diakui dalam laporan laba rugi tersebut dicatat sebagai
kenaikan yang langsung dikreditkan ke ekuitas. Pengaruh pajak tangguhan perlu
dihitung dan disesuaikan dengan bagian yang diakui dalam laporan laba rugi
tersebut. Pada saat dilakukan revaluasi, apabila jumlah tercatat aset turun
maka penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Namun apabila
sebelumnya terhadap aset tersebut penah dilakukan revaluasi dan
dicatat sebagai kenaikan yang langsung dikreditkan ke ekuitas maka terhadap
penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung didebitkan ke
ekuitas pada bagian surplus revaluasi dengan catatan jumlah maksimal yang
dapat didebet adalah sebesar saldo surplus revaluasi. Sisa nilai penurunan dibebankan ke
laporan laba rugi. Dampak atas pajak penghasilan, jika ada, terhadap kenaikan
atau penurunan nilai aset akibat hasil revaluasi harus
diperhitungkan dan dicatat sesuai dengan pencatat kenaikan atau penurunan revaluasi.
Pajak tangguhan diperhitungkan dan dibebankan ke ekuitas atau laporan laba rugi
mengikuti mekanisme pengakuan hasil revaluasi.
2.
Penggunaan Nilai Pasar Wajar dalam Perlakuan Akuntansi Aset Tetap
Perbedaan
perlakuan tersebut terutama adalah perlakuan pada saat pengukuran sesudah
tanggal perolehan. Didalam model biaya historis pengukuran setelah perolehan
dilakukan dengan menentukan nilai buku aset tetap. Nilai buku tersebut
diperoleh dari total nilai perolehan dikurangi dengan total beban depresiasi
yang dikumpulkan dalam perkiraan akumulasi depresiasi. Di dalam perlakuan
akuntansi dengan model revaluasi menurut PSAK 16 Revisi 2007, secara garis
besar perlakuan tersebut sama. Titik utama perbedaannya terletak pada penentuan
total nilai perolehan dari aset yang bersangkutan dan akumulasi depresiasi yang
dimiiki.
Di dalam model
biaya historis, total nilai perolehan atas suatu aset tidak akan berubah selama
tidak ada transaksi yang berkaitan dengan aset tetap tersebut. Transaksi yang
dapat mempengaruhi nilai perolehan aset tetap menurut model biaya historis
antara lain adalah pembelian, penjualan, penghapusan, pertukaran aset tetap,
dan perbaikan aset tetap yang masuk dalam kategori pengeluaran modal. Nilai
perolehan aset tetap tersebut tidak akan berubah walapun terdapat perubahan
harga yang signifikan. Nilai aset tersebut hanya akan berubah jika perusahaan
melakukan revaluasi, yang dalam hal ini bertentangan dengan standar akuntansi
sebelumnya, dan memerlukan perlakuan khusus.
Nilai akumulasi
depresiasi dalam akuntansi dengan model biaya historis juga pada umunya hanya
akan berubah pada saat pengakuan beban depresiasi. Selain itu transaksi lain
yang dapat mengubah nilai akumulasi depresiasi adalah pelepasan aset tetap dan
penurunan nilai aset tetap.
Di dalam akuntansi
dengan model revaluasi, kedua hal tersebut yaitu nilai perolehan dan akumulasi
depresiasi dapat berubah selain dari transaksi yang telah disebutkan
sebelumnya. Perubahan tersebut adalah perubahan yang disebabkan karena adanya
penilaian kembali aset tetap. Nilai perolehan aset yang dicatat di dalam neraca
perusahaan akan berubah seiring dengan perubahan nilai wajar aset tetap yang
diketahui dengan melakukan penilaian kembali. Akumulasi depresiasi sendiri akan
mengikuti perubahan akibat penilaian kembali tersebut.
Perlakuan
akuntansi dengan model revaluasi biasanya akan menghasilkan nilai yang lebih
besar daripada nilai yang tercatat dalam buku perusahaan. Salah satu faktor
utama yang mendorong hal tersebut adalah adanya inflasi di masayrakat.
Di dalam PSAK 16
revisi 2007 dikatakan bahwa nilai wajar yang disajikan pada laporan keuangan
merupakan hasil penilaian yang dilakukan oleh penilai profesional baik dengan
menggunakan data-data pasar mapun pertimbangan profesional mereka sendiri.
Nilai wajar tersebut akan disajikan dalam laporan keuangan dan akan
menghasilkan perkiraan baru yang bernama “selisih/surplus revaluasi aset
tetap”. Perkiraan tersebut merupakan bagian dari perhitungan laba komprehensif
dan langsung dimasukkan ke dalam bagian ekuitas.
3. Revaluasi Aset Dalam Penyajian Laporan Keuangan
Dalam model
revaluasi, perlakuan terhadap akumulasi penyusutan aset tetap pada tanggal
revaluasi dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut:
1. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dan jumlah tercatat secara bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasian, metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara member indek untuk menentukan biaya pengganti yang disusutkan (depreciated replacement cost)
2. Dieliminasi terhadap jumlah bruto aset dan jumlah neto aset setelah eliminaasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut, metode ini biasa digunakan untuk revaluasi bangunan.Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian kembali atau eliminasi akumulasi penyusutan tersebut membentuk bagian kenaikan atau penurunan nilai aset.Pengakuan terhadap kenaikan atau penurunan nilai akibat revaluasi dilakukan langsung pada kenaikan atau penurunan akibat revaluasi, kecuali jika revaluasi dilakukan pada tahun-tahun berikutnya.
1. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dan jumlah tercatat secara bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasian, metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara member indek untuk menentukan biaya pengganti yang disusutkan (depreciated replacement cost)
2. Dieliminasi terhadap jumlah bruto aset dan jumlah neto aset setelah eliminaasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut, metode ini biasa digunakan untuk revaluasi bangunan.Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian kembali atau eliminasi akumulasi penyusutan tersebut membentuk bagian kenaikan atau penurunan nilai aset.Pengakuan terhadap kenaikan atau penurunan nilai akibat revaluasi dilakukan langsung pada kenaikan atau penurunan akibat revaluasi, kecuali jika revaluasi dilakukan pada tahun-tahun berikutnya.
Apabila
revaluasi dilakukan untuk kedua kalinya dan seterusnya, terdapat perlakuan yang
berbeda, perbedaaan tersebut adalah:
- Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut langsung dikredit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun apabila sebelumnya pernah diakui penurunan nilai asset akibat revaluasi dalam laporan laba rugi , maka terhadap kenaikan aset tersebut harus diakui dalam laporan rugi laba sebesar nilai penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah dilakukan sebelumnya dalam laporan laba rugi. Sisa nilai setelah sebagian diakui dalam laporan laba rugi tersebut dicatat sebagai kenaikan yang langsung dikreditkan ke ekuitas
-
Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui
dalam laporan laba rugi. Namun apabila sebelumnya terhadap asset tersebut
pernah dilakukan revaluasi dan dicatat sebagai kenaikan yang langsung
dikreditkan ke ekuitas maka terhadap penurunan nilai akibat revaluasi tersebut
langsung didebit ke dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi selama
penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset
tersebut. Sisa nilai penurunan dibebankan ke laporan laba rugi.
Begitu pula dengan surplus revaluasi aset tetap dapat dipindahkan ke laba ditahan yang telah disajikan di ekuitas pada saat aset tetap tersebut dihentikan penggunaannya atau
Begitu pula dengan surplus revaluasi aset tetap dapat dipindahkan ke laba ditahan yang telah disajikan di ekuitas pada saat aset tetap tersebut dihentikan penggunaannya atau
pada saat pelepasan. Namun sebagian
surplus revaluasi dipindahkan ke saldo laba sejalan dengan penggunaan aset oleh
entitas. Pemindahan tersebut dilakukan sebesar selisih jumlah penyusutan antara
jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian dengan jumlah penyusutan
berdasarkan biaya perolehan aset tersebut. Namun pemindahan saldo surplus
revaluasi tersebut dilakukan langsung ke saldo laba, tidak melalui laporan laba
rugi.
2.Tehnik
Analisa Metode Laporan Keuangan
Analisa
Perbandingan
Analisa perbandingan merupakan
metode analisa terhadap laporan keuangan dengan cara memperbandingkan untuk dua
periode atau lebih, atau memperbandingkan laporan keuangan suatu perusahaan
dengan perusahaan lain.Tetapi pada umumnya dilakukan untuk beberapa periode
dari suatu perusahaan sehingga dapat diketahui sifat dan tendensi perubahan
yang terjadi dalam perusahaan tersebut, misalnya:
-Laba/rugi yang sifatnya operasional
maupun insidentil
-Diperoleh aktiva baru/perubahan
bentuk aktiva
-Timbul/lunas/perubahan bentuk
hutang
-Penambahan/pengurangan modal dan
lain-lain.
Analisa trend.
Analisa trend dalam prosentase (trend percentage analysis) merupakan metode analisa untuk
mengetahui tendensi keadaan keuangan perusahaan, yaitu apakah menunjukan
tendensi naik, tetap atau menurun.Syarat-syarat penerapan analisa trend adalah:
-Prinsip-prinsip akuntansi
diterapkan secara konsisten
-Tidak terjadi perubahan nilai uang
secara tajam Contoh:
Analisa Rasio
Analisa
rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbngan antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah yang lain. Rasio ini akan lebih bermanfaat terutama
apabila ratio tersebut dibandingkan dengan angka ratio yang digunakan sebagai
standar.
1.Rasio
Pengukur likuiditas
a.Current
Ratio
Ratio ini menunjukan tingkat keamanan ( margin of safety ) atas
kreditur jangka pendek; atau menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang-hutang tersebut:
Aktiva
Lancar
Current
Ratio = Hutang Lancar
b.Acid
Test Ratio
Disebut juga Quick
Ratio, yaitu menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang-hutangnya
tanpa memperhitungkan persediaan.
Dengan ratio ini persediaan dianggap
membutuhkan waktu yang relatif lama untuk direalisasikan menjadi uang.
Aktiva
Lancar – Persediaan
Quick
Ratio = Hutang
Lancar
c.Perputaran
Piutang
Atau Turn Over Receivable, yaitu
menunjukan posisi piutang serta taksiran umur / waktu pengumpulanya.
Perputaran
Piutang
= Total Penjualan Kredit
Piutang
Rata-rata
d.Perputaran
Persediaan
Yaitu
menunjukan berapa kali terjadinya penggantian persediaan dalam satu tahun serta
tersimpannya persediaan tersebut di dalam gudang.Pada perusahaan manufaktur
terdapat tiga macam persediaan:
2.Rasio
Pengukur Solvabilitas
a.Rasio
Modal dengan Total Asset
Menunjukan beberapa besarnya modal sendiri yang tertanam dalam
aktiva serta margin of
protection atau tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditur.
Rumus:
Modal Sendiri
Total
Asset
b.Rasio
Modal dengan Aktiva Tetap
Menunjukan
seberapa besar aktiva tetap tersebut dibiayai dari modal sendiri. Semakin besar
modal sendiri (Owner’s equity ) lebih
menguntungkan bagi perusahaan, karena sudah sewajarnya kalau aktiva tetap
dibiayai dari modal sendiri.
Rumus:
Modal Sendiri
Aktiva Tetap
c.Rasio
Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang
Merupakan ratio untuk mengetahui tentang tingkat keamanan
yang dimiliki oleh
kreditur
jangka panjang atau untuk mengukur seberapa besar hutang jangka panjang
tersebut dijamin dengan aktiva tetap yang dimilki perusahaan.
Rumus:
Aktiva Tetap
Hutang Jangka Panjang
3.Rasio
Pengukuran Rentabilitas
a.Ratio Operating Income dengan
Operating Assets
Menunjukan
tingkat efisiensi perusahaan, yaitu seberapa besar operating assets tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Rumus:
Laba
usaha
Aktiva usaha
b. Gross Margin Ratio
Rumus:
Laba kotor
Penjualan
c.Operating Margin Ratio
Rumus:
Laba usaha
Penjualan
d. Rasio Rentabilitas Modal Sendiri
Rumus: Earning after tax
Modal sendiri
Analisa Common Size
Adalah analisis dengan pembacaan
data-data keuangan untuk beberapa periode (untuk mencari trend-trend tertentu).
Analisis common size disusun dengan cara menghitung tiap-tiap rekening dalam
laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (utk laporan
laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).
-Analisis common size perusahaan
dianalisa dengan melihat trend yang muncul.
-Analisis common size perusahaan
selanjutnya dibandingkan dengan analisis common size industri untuk melihat
kekuatan dan kelemahan perusahaan. Untuk kekuatan akan diupayakan untuk
dipertahankan sedang kelemahan diupayakan untuk diperbaiki.
Analisa Du Pont
-Adalah analisis yang mempertajam
analisis rasio dengan memisahkan profitabilitas dengan pemanfaatan aset.
-Analisis Du Pont I: menghubungkan
ROA, profit margin, dan perputaran aktiva ROA = Profit margin x perputaran
aktiva
-Analisis Du Pont II: memasukkan
unsur financial leverage (hutang)
-ROE = ROA/ (1-(Tot hutang/TotAset))
-Untuk menaikkan ROE dapat dilakukan
dengan menaikkan ROA dan/atau menaikkan Hutang.
Analisa Cross Section
Adalah perbandingan data keuangan
suatu perusahaan dengan perusahaan atau industri yg sejenis
Definisi industri sejenis adalah
-Kesamaan dalam jenis bahan baku
atau supplier contoh: standar klasifikasi industri listing di BEJ.
-Kesamaan dari sisi permintaan
Kriteria pengelompokan industri
didasarkan atas produk yg dihasilkan. Contoh: misal kebutuhan komunikasi,
penghasil komputer PC dengan mesin fax bisa bersaing. Kamera dengan HP.
-Kesamaan dalam atribut keuangan
Saham-saham yg punya kesamaan
atribut bisa dimasukkan dalam satu kelompok, misal: kesamaan
Analisis Time Series
Adalah analisis terhadap data
historis untuk melihat tren yang mungkin timbul.
-Trend angka selanjutnya dianalisis
guna mengetahui apa yang terjadi.
-Trend perusahaan sebaiknya
dibandingkan dengan tren industri apakah sudah bergerak lebih baik dari trend
industri.
Metode Peramalan
Ada 2 metode: mekanis dan non mekanis:
a.Metode mekanis
Menggunakan
teknik-teknik yang lebih objektif seperti statistik misal menggunakan model
regresi (regresi sederhana /univariate maupun regrese berganda/multivariate)
b.Metode non mekanis
menggunakan
teknik yang bersifat subjektif dengan menggabungkan banyak pertimbangan untuk
menentukan garis tren yang dibuat dengan tangan (pendekatan visual untuk
univariate) dan pendekatan analis sekuritas (multivariate). (pertimbangan bisa
dari faktor industri, ekonomi, pasar dll)
Thanks for providing such a great article, it was excellent and very informative.
BalasHapusas a first time visitor to your blog I am very impressed.
I found a lot of informative stuff in your article. Keep it up. Thank you.
I introduce a Economics student in Islamic University of Indonesia Yogyakarta
:)
I found a lot of informative stuff in your article. Keep it up. Thank you.
BalasHapusI introduce a Economics student in Islamic University of Indonesia Yogyakarta
:)