Jumat, 28 Oktober 2011

Persaingan Dunia Di Bidang Pendidikan Mengacu Ke Persaingan Dunia Kerja

Persaingan Dunia Di Bidang Pendidikan Mengacu Ke Persaingan Dunia Kerja



Seiring tergiringnya seluruh dunia dalam kancah globalisasi, maka persaingan di dunia kerja pun kian sengit. Wacana untuk lebih mengedepankan putra-putra daerah atau putra bangsa pun kini mengalami kebuntuan. Putra-putra bangsa tersebut sering kali kalah dalam persaingan ini. Hal ini tidak bisa lepas dari kualitas yang dimiliki putra-putra bangsa tersebut. Baik skill maupun intelegensia. Dan yang paling bertanggung jawab atas kekalahan putra bangsa tersebut dalam “percaturannya” di dunia kerja adalah dunia pendidikan kita, system pendidikan di Indonesia. Tidaklah berlebihan jika kita menyebut bahwa dunia pendidikan kitalah yang paling bertanggung jawab.sebab di dunia pendidikan inilah seseorang menempa diri,mengembangkan seluruh potensi yang dim iliki, yang nantinya akan sangat berguna bagi masa depannya, dalam dunia kerja. Benar-benar dikembangkan atau tidaknya potensi tersebut, tergantung pada sistem pendidikan yang dijalankan. Jika kita lihat dari realita yang ada, baik dari pengalaman kita sebagai pelaku yang sekaligus pengamat, maka akan diperoleh sebuah kesimpulan bahwa sistem pendidikan yang dijalankan secara umum di Indonesia, yang terbingkai dalam kurikulum, belum mampu mengembangkan potensi yang dimiliki masing-masing peserta didik. Sistem pendidikan yang dijalankan hanya sampai pada tahap mencoba mencari potensi atau kecenderungan intelektual dan skill peserta didik. Inilah yang selanjutnya menyebabkan kekalahan manusia Indonesia dalam persaingan di dunia kerja, yang sebenarnya menghendaki potensi yang dimiliki tersebut berkembang secara paripurna. Seharusnya sejak dini, ragam potensi yang dimiliki oleh peserta didik mulai dikembangkan dengan cara penghargaan atas potensi, ataupun bakan dan minatnya.bukan dengan memaksakan system pembelajaran serta ragam materi yang ada di dalamnya kepada peserta didik. Pemerintah, sebagai lembaga yang berkuasa dalam penentuan kebijakan di dunia pendidikan, menyadari akan pentingnya pengembangan potensi anak didik agar kedepannya mampu menciptakan manusia-manusia unggul sehingga mampu bersaing dalam persaingan di dunia kerja. Pencanangan wajib belajar sembilan tahun, yang kini dinaikkan menjadi dua belas tahun, hingga perubahan kurikulum yang hampir terjadi tiap kali pergantian kekuasaan, mengindikasikan keseriusan sekaligus kesadaran pemerintah akan hal ini. Perubahan yang kerap dilakukan tersebut mengindikasikan bahwa sistem pendidikan yang telah diubah tersebut terdapat banyak kekurangan. Khususnya dalam pengembangan potensi peserta didik. Indikatornya jelas, masih sedikit keluaran lembaga pendidikan di Indonesia yang mampu “berbicara” lantang dalam pergaulan global, yang di dalamnya tidak lepas dari persaingan di dunia kerja. Namun banyaknya perubahan yang dilakukan ternyata masih bermuara pada satu hal, diajarkannya berbagai mata pelajaran yang kemungkinan tidak sesuai dengan potensi serta minat, bahkan juga karakter peserta didik. Dengan kata lain, perubahan tersebut berjalan stagnan. Maka, tidak mengherankan jika materi pelajaran yang awalnya diharapkan menjadi media pengembangan potensi, hanya menjadi sekedar simbolisme. Proses pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik hanya untuk memenuhi standar kelulusan, yang digunakan sebagai syarat kenaikkan kelas, ataupun untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.dijadikan sebagai media bersaing untuk memperoleh peringkat terbaik berdasarkan besarnya nilai ujian,terlepas dari berkembang atau tidaknya potensi yang dimiliki. Untuk itulah dunia pendidikan perlu merubah paradigma mediokrasinya, menuju paradigma meritokrasi. Paradigma pendidikan yang mengandaikan pengembangan potensi yang dimiliki. Peserta didik diarahkan menuju pengembangan potensi secara maksimal, dan bukan paradigma di mana pemuliaan potensi insani tidak berjalan. Potensi diluluhkan pada standar-standar keunggulan di segala bidang. Pendidikan berorientasi meritokrasi menjadi solusi atas kebuntuan sistem pendidikan di Indonesia. Memecahkan masalah utama yang dihadapi dunia pendidikan kita, pengembangan potensi. Sehingga diharapakan mampu mencetak putra-putra bangsa yang bersumber daya manusia (SDM) unggul dan mampu bersaing dalam dunia kerja. Meminjam istilah Abdul Riva’i (lahir tahun 1871), akan membentuk para “bangsawan pikiran”, yang memiliki pamor karena seberapa banyak prestasi yang diperoleh, dan bukan “bangsawan usul” yang memperoleh kehormatan dari latar belakang keturunan. Dengan pengembangan potensi secara maksimal, maka akan muncul manusia-manusia Indonesia yang mampu bersaing dalam dunia kerja saat ini, di era globalisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar